Laman

Jumat, 06 Mei 2011

Waduk Panuhan


Kota Rembang bisa jadi adalah salah satu kota kabupaten yang memiliki banyak bendungan. Betapa banyak sektor yang ada di kota tempat dimakamkannya RA Kartini ini yang harus dihidupi dari waduk, di antaranya adalah irigasi persawahan, suplai air bersih, dan perikanan.

Bendungan-bendungan yang bertebar di berbagai desa di Rembang itu antara lain, Waduk Lodan yang terletak di desa Lodan Kec. Sarang, Waduk Banyukuwung di Desa Banyukuwung Kec, Sumber, waduk Grawan di Desa Grawan Kec. Sumber, serta Waduk Panohan, di Desa Panohan Kec, Gunem.

Bendungan yang disebut terakhir ini adalah waduk yang masih “perawan” karena memang baru saja selesai dibangun dengan biaya APBN Kementrian Pekerjaan Umum (PU) dengan biaya Rp 21 milyar lebih.

Waduk ini baru saja selesai dibangun dan tinggal menunggu penyerahan dari penyedia jasa ke Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana. “Setelah itu baru secara resmi waduk ini dibuka, tapi kapan belum ditentukan waktunya,” kata Drs. Suroto, Msi. Kepala Informasi Balai Besar di Semarang ketika melakukan peninjauan di Desa Panohan.

Ibarat seorang perawan, bendungan ini sudah selesai berdandan dan siap menunggu pinangan, yakni segera diresmikan dan untuk dikelola Pemkab. Rembang atas otoritas Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana.

Pernah longsor
Peninjauan yang dilakukan pihak Balai Besar, Kamis (5/8)itu untuk melihat sejauhmana kesiapan bendungan yang menyatukan 3 sungai besar ini untuk siap dioperasikan. Pengecekan itu terutama untuk melihat kondisi lereng yang beberapa bulan lalu mengalami longsor dan kini sudah diperbaiki

Seperti lazimnya bendungan, Waduk Panohan juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata. Terletak di antara 2 perbukitan yang subur, bendungan ini memiliki pemandangan yang elok. Dengan air jernih yang sudah menggenang sebagian bendungan.

Kondisi Kab. Rembang yang multi dimensi dimana sektor pertanian, perikanan dan industri kecil saling bersinergi, maka dibutuhkan sarana perairan yang memadahi. Disamping terdapat 4 waduk, banyak pula dibangun embung (kolam irigasi). Jumlahnya sekitar 34 embung. Salah satunya yang baru saja selesai dibangun adalah embung di Ddsa Trembes Kec. Gunem.

Embung-embung itu kini dikelola oleh P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) dengan optimalisasi penggunaan untuk sektor pertanian yakni mengairi sawah-sawah. Berbeda dengan kolam retensi di kota-kota pantai yang kegunaannya sebagai penampung genangan rob dan banjir, embung di daerah pegunungan lebih dinikmati banya orang, tyertama para petani.

Selanjutnya untuk pengelolaan dan perawatan tiap embung, P3A bekerja keras, misalnya tetap menjaga kebersihan lingkungan embung, agar kualitas air juga tetap terjaga.

Sumber: Suara Merdeka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar